
Abdee Slank
MEWAKILI keresahan para pemusik profesional, Abdee Negara – Gitaris band Slank Abdee sangat menyayangkan penutupan Mata Elang International Stadium (MEIS) di Ancol Jakarta Utara terhitung mulai Kamis (26/6) 214. Pasalnya, gedung konser termegah di Asia Tenggara yang diresmikan Presiden SBY pada 1 Desember 2011 itu, merupakan venue rujukan pertunjukkan musik dan pentas seni kelau dunia merupakan satu-satunya di Indonesia selain Jakarta Convention Center (JCC) Senayan yang karena usia bangunannya tak lagu refresentatif untuk konser besar.
”Saya yakin para pemusik profesional di Indonesia khususnya Slank, sangat resah dan menyayangkan MEIS yang sudah puluhan pemusik kelas dunia ditutup mulai 26 Juni lalu akibat selisih paham antara pengelola Mall Ancol Beach City (ABC) dan manajemen PT. MEIS,” papar Abdee Slank kepada RB.Com di Jakarta, baru-baru ini.
Menurut gitaris ganteng kelahiran Donggala – Sulteng, 28 Juni 1968 ini, sebagai grup musik – Slank baru sekali manggung di MEIS. “Padahal, kedepan semua personel Slank masih sangat ingin menggelar banyak konser di venue yang dirancang khusus untuk pertunjukan musik dan pentas seni bertaraf internional yang aman dan nyaman tersebut. Semoga kendati sudah ditutup masih ada solusi terbaik dari sengketa pengelola Mall ABC dan MEIS hingga Indonesia – khususnya Jakarta, tetap punya gedung konser refresentatif yang lebih megah dari Esplanade – gedung konser internasional kebanggaan Singapura,” harap Abdee yang didampingi Henry Yosodiningrat sebagai pemegang saham PT. Meis dan Linda dari Manajemen MEIS.

Henry Yosodiningrat di apit Abdee Slank dan Linda dari Manajemen MEIS
Selisih Paham
Penutupan gedung konser MEIS antara lain dipicu selisih paham antara pengelola Mall ABC, Fredie Tan alias Awi mempermasalahkan Hendra Lee – owner PT.MEIS sebagai penyewa yang tidak memiliki izin Undang Undang Gangguan (UUG) dan surat K3 (Ketertiban, Kenyamanan dan Keselamatan). Dampak ketiadaan izin tersebut, hal menyangkut pembayaran berbagai macam pajak akan ditagih Pemda DKI ke pengelola Mall ABC.
Namun Henry Yosodiningrat – sebagai salah satu direksi MEIS kepada wartawan menyatakan pihaknya tak memerlukan izin UUG dan Surat K3. “Kedua surat izin tersebut, hanya diperuntukkan bagi bangunan memiliki kepentingan usaha di tengah-tengah perumahan dan memiliki intensitas gangguan yang tinggi. Sementara MEIS terletak di kawasan parawisata Ancol dan di situ tidak ada perumahan. Jadi kalau satpol PP bilang kami harus urus UUG, itu sangat berlebihan,” kata Henry dalam jumpa pers di Twin Plaza Hotel di Slipi, Jakarta Barat..
Henry lantas menyinggung sikap aneh pengelola Mall ABC – tempat MEIS menyewa gedung yang.sering kali mengganggu dan berusaha untuk menghentikan setiap pertunjukkan yang digelar di MEIS. Terakhir pada pertunjukan One Fighting Championship 14 Juni lalu. Acara olahraga bertaraf internasional itu, lanjut Henry, hampir saja dibatalkan pihak Mall ABC.
“Kami benar-benar tidak mengerti apa tujuanya. Mereka mengganggu kegiatan produksi promotor, mereka berkali-kali berupaya menggagalkan jalannya pertunjukan. Khususnya pada kegiatan One Fighting Championship. Seperti tanpa memikirkan nama baik bangsa, karena event tersebut merupakan kerja sama dengan promotor Singapura,” tandas Henry dengan nada tinggi. * (naskah dan foto – ata)